BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu sediaan dikatakan baik bila memiliki
keterterimaan (acceptabilitas) kepada pasien yang tinggi. Aspek keterterimaan
tersebut dapat dilihat dari segi warna, tampilan luar, bobot sediaan, kemudahan
untuk ditelan, dan bentuk sediaan. Oleh karena hal tersebut, suatu ekstrak
ketika ingin dibuat menjadi suatu sediaan memerlukan suatu bahan pengisi dan
juga bahan penyerap agar didapat suatu berat dan penampilan yang dapat diterima
oleh pasien. Pemilihan suatu bahan pengisi ataupun penyerap tidaklah
sembarangan, tetapi ada dasar dan studi pustaka entang stabilitas dan
inkompatibilitas yang mungkin muncul sehingga sediaan yang dibuat benar-benar
stabil. Selain itu jumlah yang dipakai juga telah terdapat dalam literatur sehingga
dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan berapa jumlah yang sebaiknya
digunakan.
Selain dari segi penampilan, suatu
sediaan yang baik adalah sediaan yang memenuhi persyaratan dalam berbagai
pengujian antara lain organoleptis, keseragaman bobot, keseragaman
kandungan/kadar, waktu hancur, dan disolusi.
Kapsul adalah sediaan padat yang
terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Dalam
melakukan pengujian pada kapsul tidaklah terlalu berbeda dengan sediaan tablet.
Dengan dilakukan serangkaian pengujian pada sediaan kapsul yang telah dibuat,
maka dapat diketahui apakah sediaan yang dibuat layak untuk diserahkan kepada
pasien atau tidak.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Berapakah jumlah
avicel yang digunakan untuk embuat sediaan kapsul yang baik?
1.2.2 Bagaimanakah cara evaluasi sediaan kapsul?
1.2.3 Bagaimanakah hasil sediaan kapsul yang dihasilkan?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui jumlah
avicel yang digunakan untuk membuat sediaan kapsul yang baik
1.3.2 Mengetahui cara mengevaluasi sediaan kapsul
1..3.3 Mengetahui hasil evaluasi sediaan kapsul yang telah dibuat
1.4
Manfaat
1.4.1
Mahasiswa diharapkan
mampu memformulasi dan mengevaluasi
1.4.2
l formulasi dan evaluasi diharapkan selanjutnya bermanfaat untuk
masyarakat umum.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kapsul
Definisi
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi
dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai (Depkes RI, 1995).
Kapsul tidak berasa, mudah pemberiannya, mudah pengisiannya tanpa
persiapan atau dalam jumlah yang besar secara komersil. Didalam praktek
peresepan, penggunaan kapsul gelatin keras diperbolehkan sebagai pilihan dalam
meresepkan obat tunggal atau kombinasi obat pada perhitungan dosis yang
dianggap baik untuk pasien secara individual. Fleksibilitasnya lebih
menguntungkan daripada tablet. Beberapa pasien menyatakan lebih mudah menelan
kapsul daripada tablet, oleh karena itu lebih disukai bentuk kapsul bila
memungkinkan. Pilihan ini telah mendorong pabrik farmasi untuk memproduksi
sediaan kapsul dan dipasarkan, walaupun produknya sudah ada dalam bentuk
sediaan tablet. (Gennaro, R.A., 2000).
Macam-macam
Kapsul:
a.
Hard capsule (cangkang kapsul keras)
Kapsul cangkang keras terdiri atas wadah dan tutup yang dibuat dari
campuran gelatin, gula dan air, jernih tidak berwarna dan pada dasarnya tidak
mempunyai rasa. Biasanya cangkang ini diisi dengan bahan padat atau serbuk,
butiran atau granul. Ukuran kapsul mulai dari yang besar sampai yang kecil
yaitu 000, 00, 1, 2, 3, 4, 5 (Ansel,
2005).
b. Soft capsule (cangkang kapsul lunak)
Kapsul gelatin
lunak dibuat dari gelatin dimana gliserin atau alkohol polivalen dan sorbitol
ditambahkan supaya gelatin bersifat elastis seperti plastik. Kapsul-kapsul ini
mungkin bentuknya membujur seperti elips atau seperti bola dapat digunakan
untuk diisi cairan, suspensi, bahan berbentuk pasta atau serbuk kering (Ansel, 2005).
Gelatin mempunyai beberapa kekurangan, seperti
mudah mengalami peruraian oleh mikroba bila dalam keadaan lembab atau bila
disimpan dalam larutan berair . Sebagai contoh yang lain, cangkang kapsul
gelatin menjadi rapuh jika disimpan pada kondisi kelembaban relatif yang rendah
(Chang, R.K. et al, 1998). Selanjutnya, Kapsul gelatin tidak dapat menghindari
efek samping obat yang mengiritasi lambung, seperti Indometasin. Hal ini disebabkan
kapsul gelatin segera pecah setelah sampai di lambung.
Belakangan ini, beberapa bahan telah diuji
untuk digunakan sebagai bahan alternatif gelatin sebagai bahan untuk pembuatan
cangkang kapsul, salah satunya adalah dengan alginat. Dimana alginat memiliki
beberapa kelebihan dibandingkan gelatin.
Pemilihan
alginat didasarkan pada laporan sebelumnya yaitu secara klinis alginat mempunyai
kemampuan melindungi permukaan mukosa lambung dari iritasi (Shiraishi, et
al., 1991) dan relatif lebih tahan terhadap penguraian mikroba dibandingkan
gelatin.
Bahan
Tambahan
Bahan tambahan
ditambahkan untuk membantu proses pembuatan atau penyerapan. Alasan lain yang
penting adalah untuk peningkatan penampilan atau kualitas. Bahan tambahan
sangat jarang memiliki aktivitas farmakologi. Namun, bahan tambahan dapat
menyebarkan atau berpartisipasi dalam interaksi kimia atau interaksi fisik
dengan zat aktif, yang mungkin menyebabkan kualitasnya terancam atau kinerja
obatnya (Crowley, 2001).
Interaksi kimia
dapat menyebabkan degradasi dari bahan aktif dengan demikian mengurangi jumlah
tersedia untuk memberikan efek
terapeutik, sedangkan interaksi fisik dapat mempengaruhi laju disolusi,
dan keseragaman dosis (Crowley, 2001).
Bahan tambahan
mungkin memiliki kelompok-kelompok fungsional yang berinteraksi langsung dengan
bahan aktif atau, bahan tambahan mungkin mengandung kotoran atau residu, atau
bentuk produk degradasi yang pada gilirannya menyebabkan dekomposisi dari zat
obat. Bahan tambahan dapat menjadi sumber kontaminasi mikroba. Bahan tambahan
juga dapat menyebabkan efek yang tidak diinginkan seperti iritasi kulit atau
permukaan mukosa, reaksi sensitisasi atau mempengaruhi penampilan (Crowley,
2001).
Melihat beberapa
faktor serta potensi interaksi antara bahan aktif dengan bahan tambahan, maka
perlu dilakukan studi praformulasi terlebih dahuluuntuk mengetahui efek serta
interaksi yang mungkin muncul. Bahan tambahan yang digunakan harus tidak
memberikan in teraks yang merugikan atau menyebabkan bahan aktif kehilangan
aktivitasnya.
Kapsul jarang hanya mengandung bahan berkhasiat saja, umumnya formulasi kapsul
memerlukan bahan pengisi maupun penyerap (untuk
sediaan berbahan dasar ekstrak).
Bahan pengisi dan penyerap yang digunakan antara lain:
a. Cab-O-Sil (Aerosil)
Sinonim : Aerosil; Cab-O-Sil;
Cab-O-Sil M-5P; colloidal silica; fumed silica; fumed silicon dioxide;
hochdisperses silicum dioxid; SAS; silica colloidalis anhydrica; silica sol;
silicic anhydride; silicon dioxide colloidal; silicon dioxide fumed; synthetic
amorphous silica; Wacker HDK.
Struktur formula : SiO2 (BM = 60.08)
Fungsi : Adsorbent; anticaking agent; emulsion
stabilizer; glidant; suspending agent; tablet disintegrant; thermal stabilizer;
viscosity-increasing agent.
Cab-O-Sil digunakan secara luas dalam farmasi,
kosmetik dan produk makanan. Cab-O-Sil memiliki ukuran partikel kecil dan luas
area permukaan spesifiknya besar sehingga memberikan karakter aliran yang
diinginkan yang dieskplorasi untuk memperbaiki aliran serbuk kering pada proses
pembuatan tablet.
Penggunaan Cab-O-Sil sebagai :
- Aerosol= konsentrasi 0,5 – 2,0 %
- Emulsion stabilizer= konsentrasi 1,0 – 5,0 %
- Glidant = konsentrasi 0,1 – 1,0 %
- Suspending dan thickening agent= konsentrasi 2,0 – 10,0 %
Cab-O-Sil adalah sebuah fumed silica
submicroscopic dengan ukuran partikel 15 nm. Cab-O-Sil berwarna putih
kebiru-biruan, terang, tidak berbau, tidak berasa, serbuk amorf tidak berpasir.
Sifat fisika-kimia Cab-O-Sil:
pH :
3,5-4,0 (4 % w/v aqueous dispersion)
Densitas :
0.029-0.042 g/cm3
Distribusi ukuran partikel : 7-16 nm
Indeks refraktif : 1.46
Kelarutan : praktis tidak larut dalam
pelarut organik, air, dan larutan asam, kecuali hydrofluoric acid. Larut dalam
larutan alkali hidroksida panas. Membentuk dispersi koloidal dalam air.
Luas
area spesifik : 100-400 m2/g
Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan:
Cab-O-Sil higroskopis tetapi mengadsorbsi sejumlah
besar air tanpa mencair. Ketika digunakan dalam sistem aqueous pada pH 0-7.5,
Cab-O-Sil dapat meningkatkan viskositas dari sistem. Tapi pada pH lebih dari
7.5 peningkatan viskositas Cab-O-Sil akan berkurang dan pada pH lebih dari 10.7
kemampuan Cab-O-Sil menghilang karena Cab-O-Sil terlarut membentuk silikat.
Keamanan:
Cab-O-Sil biasanya digunakan dalam produk farmasi
oral dan topikal dan umumnya tidak toksik dan merupakan non irritant excipient.
LD50 (tikus, iv) : 0.015
g/kg
LD50 (tikus, oral) : 3.16 g/kg (Rowe et al,
2009).
b. Avicel
Sinonim : Avicel
PH; Cellets; Celex; cellulose gel; hellulosum microcristallinum; Celphere;
Ceolus KG; crystalline cellulose; E460; Emcocel; Ethispheres; Fibrocel; MCC
Sanaq; Pharmacel; Tabulose; Vivapur.
Rumus
empiris: (C6H10O5)220 ( BM ≈36.000 )
Struktur
formula
Gambar 1. Struktur kimia
avicel (Rowe et al, 2009).
Fungsi : Adsorbent; suspending agent; tablet dan
capsule diluent; tablet disintegrant.
Microcrystalline cellulose digunakan secara luas dalam farmasi, umumnya
sebagai binder/diluent pada tablet oral dan formula kapsul dimana ini digunakan
baik dalam granulasi basah dan proses kempa langsung. Pada penambahannya
sebagai binder/diluent, microcrystalline cellulose juga memiliki fungsi sebagai
lubrikan dan disintegran yang berguna dalam tabletasi.
Sifat kimia
fisika Avicel:
pH : 5,0-7,5
Kerapatan :
1,512-1,668 g/cm3
Titik lebur : 260-270oC
Distribusi
partikel : 20-200 μm
Kelarutan : mudah larut dalam 5% w/v larutan NaOH, praktis tidak
larut dalam air, asam terlarut, dan sebagian besar pelarut organik.
Inkompatibilitas : avicel inkompatibel dengan agen oksidator
kuat (Rowe et al, 2009).
Pengujian Sediaan Kapsul
Kapsul yang diproduksi harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Keseragaman Bobot
Uji keseragaman
bobot dilakukan dengan penimbangan 20 kapsul sekaligus dan ditimbang lagi satu
persatu isi tiap kapsul. Kemudian timbang seluruh cangkang kosong dari 20
kapsul tersebut. Lalu dihitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi
kapsul. Perbedaan bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi
kapsul, tidak boleh melebihi dari yang ditetapkan pada kolom A dan untuk setiap
2 kapsul tidak lebih dari yang ditetapkan pada kolom B (Depkes RI, 1979).
Persyaratan :
Bobot rata-rata isi
kapsul
|
Perbedaan bobot isis
kapsul dalam %
|
|
A
|
B
|
|
120 mg atau lebih
|
± 10%
|
± 20%
|
Lebih dari 120 mg
|
±7,5%
|
± 15%
|
2.
Disolusi
Uji ini dimaksudkan untuk
mengetahui seberapa banyak persentasi zat aktif dalam obat yang terabsorpsi dan
masuk ke dalam peredaran darah untuk memberikan efek terapi. Persyaratan dalam
waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 85% (Q) dari jumlah yang tertera
pada etiket (Depkes RI, 1979).
3.
Kadar
Penetapan kadar dilakukan untuk
memastikan bahwa kandungan zat berkhasiat yang terdapat dalam kapsul telah
memenuhi syarat dan sesuai dengan yang tertera pada etiket. Metode penetapan
kadar yang digunakan sesuai dengan zat aktif yang terkandung dalam sediaan
kapsul. Caranya ditimbang 10-20 kapsul, isinya di gerus dan bahan aktif yang
larut diekstraksi menggunakan pelarut yang sesuai menurut prosedur yang sudah
ditetapkan. Secara umum rentang kadar bahan aktif yang ditentukan berada
diantara 90-110% dari pernyataan pada label (Agoes, 2008).
BAB III.
METODE
3.1 Alat dan Bahan
Alat:
- Beaker glass
- Spatula
- Mortir
- Stamper
- Cangkang kapsul kosong
- Timbangan analitik
·
Seperangkat alat
refluks
·
Labu ukur
·
Vial
·
Mikropipet
·
Pelat KLT
·
Seperangkat
alat KLT-Densitometri
Bahan:
- Standard quersetin
- Ekstrak daun jambu biji
- Cab-o-sil
- Avicel
- Aseton
·
Asam formiat
·
Kloroform
·
Etanol
·
HCL 57 %
3.2 Cara kerja
a. Formulasi
Ditimbang avicel 9,6 g
Ditimbang ekstrak 8,4 g
Ekstrak dimasukkan
mortir dan digerus
Ditambahkan
avicel sedikit-sedikit kedalam mortir sampai habis
Digerus hingga
homogen
Dibuat
jadi 30 kapsul
b. Uji keseragaman bobot
c. Evaluasi kadar quersetin
- Preparasi standar kuersetin
-
Preparasi
sampel
-
Penetapan
kadar
BAB
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatan
Formula yang digunakan
Data yang
digunakan dalam untuk menghitung kadar ekstrak dalam formula adalah data kelompok
shift Jumat.
AREA
|
X-Cal (µg)
|
15293,1
|
1.705
|
16889.98
|
1.921
|
15492.57
|
1.738
|
X-cal rata-rata
= 1,786 µg ≈ 1,8 µg
Sampel yang
ditimbang 250 mg/25 ml = 10 mg / ml
Sampel yang ditotolkan pada KLT = 10 µl, maka
=
x = 100 µg (dalam 100 µg ekstrak mengandung 1,8 µg kuersetin)
Setiap kapsul diinginkan mengandung 5 mg kuersetin
=
x = 277,78 mg ≈ 280 mg ekstrak
Kapsul
no. 0 = 600 mg
Bobot
avicel = (600-280) mg
= 320 mg
·
Persen ekstrak
X 100 % = 46,67 %
·
Persen avicel
X 100 % = 53,33 %
R/ Ekstrak daun
jambu biji 46,67%
Avicel 53,33%
M.f.pulv.dtd.caps No XXX
S.t.t. I
Penimbangan bahan
|
1 kapsul
|
30 kapsul
|
Ekstrak
|
280 mg
|
8,4 g
|
Avicel
|
320 mg
|
9,6 g
|
a.
Uji Keseragaman Bobot
Bobot 20 kapsul = 13,5160 gram
Bobot tiap kapsul
1. 0,6910 6. 0,6250 11. 0,6580 16.
0,7590
2. 0,5690 7. 0,6820 12. 0,6610 17.
0,7300
3. 0,7040 8. 0,7070 13. 0,6140 18.
0,6460
4. 0,5790 9. 0,6470 14. 0,5750 19.
0,7600
5. 0,7400 10. 0,7480 15. 0,7520 20.
0,6500
Bobot seluruh cangkang (20) = 2,1027 gram
Bobot rata-rata cangkang
2,1027/20
= 0,1051 gram
Bobot isi seluruh kapsul (20)
13,5160 – 2,1027 = 11,4133 gram
Bobot rata-rata isi seluruh kapsul
11,4133 gram/20 = 0,5707 gram
Batas
atas (+7,5%) =
0,6135 gram
Batas
bawah (-7,5%) = 0,5279 gram
Batas
atas (+15%) =
0,6563 gram
Batas
bawah (-15%) = 0,4851 gram
Bobot isi tiap kapsul
1. 0,5859 6. 0,5199 11. 0,5529 16.
0,6539
2. 0,4639 7. 0,5769 12. 0,5559 17.
0,6249
3. 0,5989 8. 0,6019 13. 0,5089 18.
0,5409
4. 0,4739 9. 0,5190 14. 0,4699 19.
0,6549
5. 0,6349 10. 0,6429 15. 0,6469 20.
0,5449
11 kapsul tidak masuk
rentang (+7,5%)
3 kapsul tidak masuk
rentang (+15%)
b. Evaluasi kadar
kuersetin
Gambar 1.
Replikasi 1 (evaluasi kadar kuersetin dalam kapsul)
Gambar 2.
Replikasi 2 (evaluasi kadar kuersetin dalam kapsul)
Gambar 3.
Replikasi 3 (evaluasi kadar kuersetin dalam kapsul)
Gambar
4. Standar 1 (evaluasi kadar kuersetin dalam kapsul)
Gambar
5. Standar 2 (evaluasi kadar kuersetin dalam kapsul)
Gambar
6. Standar 3 (evaluasi kadar kuersetin dalam kapsul)
Gambar
7. Standar 4 (evaluasi kadar kuersetin dalam kapsul)
Gambar
8. Standar 5 (evaluasi kadar kuersetin dalam kapsul)
Gambar
9. Data hasil scanning densitometry
Persmaan regresi
y =
9551 + 3,246 x
r = 0,99090
1) Replikasi
1
y
= 9551
+ 3,246 (x)
9543,42 = 9551
+ 3,246 (x)
x = -2,335
µg
/ 10 µL
x =
-0,233 µg / µL
=
-0,233 mg / mL
=
x
= -5,825 mg
2) Replikasi
2
y
= 9551
+ 3,246 (x)
11313,23 = 9551 + 3,246 (x)
x = 1,357
µg
/ 10 µL
x =
0,136 µg / µL
=
0,136 mg / mL
=
x
= 3,4 mg
4.2 Pembahasan
Formulasi
sediaan
Sediaan
yang dibuat adalah kapsul kuersetin. Adapun alasan dipilihnya sediaan kapsul
antara lain :
a. Dapat menutupi rasa pahit dan tidak
enak dari bahan obat (ekstrak). Sebagian besar ekstrak tumbuhan memiliki rasa
yang pahit atau getir sehingga dengan pemilihan sediaan kapsul dapat menutupi
rasa yang tidak enak.
b. Dapat meningkatkan keberterimaan
(akseptabilitas) pasien terhadap sediaan yang telah diformulasi. Kapsul dapat
menutupi bau yang tidak enak dari ekstrak karena bahan baku yang digunakan
adalah ekstrak daun Jambu biji yang memiliki bau khas dan jarang disukai.
c. Dapat melindungi bahan obat dari
cahaya matahari langsung maupun kontak dengan udara sekitar. Beberapa ekstrak
dari tumbuhan memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap cahaya matahari
langsung dan udara, oleh sebab itu penggunaan cangkang kapsul keras yang buram
(TiO2) dapat mengantisipasi kontak bahan obat dengan cahaya maupun
udara.
d. Mudah dalam penggunaannya
e. Pembuatan relatif mudah, dapat
dilakukan secara konvensional.
f. Harga relatif terjangkau (murah)
Kapsul yang digunakan untuk dikonsumsi harus memenuhi
syarat-syarat
sebagai berikut:
a. Keseragaman kandungan (dosis) dan
bobot terjamin
b. Tidak toksik
c. Tidak cacat secara fisik
Penggunaan
tanaman obat sebagai alternatif dalam pengobatan untuk masyarakat semakin
meningkat, sehingga diperlukan penelitian untuk membuktikan khasiat tanaman
obat tersebut. Salah satu tanaman yang banyak digunakan untuk pengobatan suatu
penyakit adalah jambu biji. Jambu biji dapat digunakan sebagai obat diare,
sariawan dan keputihan. Secara empiris, jambu biji juga berkhasiat untuk
mengatasi demam berdarah. Seperti yang terdapat pada literatur, pada demam
berdarah salah satu temuan laboratorium adalah trombositopenia, dimana jumlah
trombosit < 100.000/mm3 . Salah satu senyawa yang terkandung
dalam daun jambu biji adalah kuersetin. Kuersetin digunakan sebagai senyawa
marker dalam beberapa penelitian karena diduga mempunyai peranan dalam
peningkatan jumlah trombosit pasien demam berdarah. Selain itu kuersetin dapat
berfungsi sebagai immunomodulator serta dapat menghambat agregasi trombosit.
Hal ini juga didukung penelitian sebelumnya bahwa kuersetin mampu menurunkan
permeabilitas vaskular dimana pada pasien demam berdarah terjadi peningkatan
permeabilitas vaskular yang dapat menyebabkan terjadinya syok.
Berikut
adalah bahan-bahan yang digunakan dalam formulasi kapsul ekstrak Jambu biji:
R/ Ekstrak daun
jambu biji 46,67%
Avicell 53,33%
m.f.pulv.dtd.caps.no XXX
s.t.t.1
Persen ekstrak daun jambu biji pada formula di atas didapat dari hasil
anlisis kadar ekstrak kelompok shift Jumat. Jika persen ekstrak tersebut
dihitung berdasarkan data kelompok kami, maka persen ekstrak yang diperoleh
adalah sebagai berikut:
·
Kadar kuersetin rata-rata pada validasi presisi adalah
1,34%
·
Jumlah ekstrak yang mengandung 5 mg kuersetin
1,34% x
(jumlah ekstrak) = 5 mg kuersetin
Jumlah
ekstrak = 373,134 mg ekstrak
≈
374 mg ekstrak
Kapsul
no. 0 = 600 mg
Bobot
avicel = (600-374) mg
= 226 mg
·
Persen ekstrak
X 100 % = 62,33 %
·
Persen avicel
X 100 % = 37,67 %
Sehingga formula kapsul seharusnya adalah:
R/ Ekstrak daun
jambu biji 62,33%
Avicell 37,67%
m.f.pulv.dtd.caps.no XXX
s.t.t.1
Dalam
pembuatan kapsul ekstrak Psidium guajava (ekstrak daun jambu biji), digunakan
bahan-bahan sebagai penyerap. Zat yang digunakan untuk menyerap bahan cair
ataupun pelarut yang ada di dalam ekstrak adalah avicel.
Avicel
merupakan serbuk kristal hambar terdiri atas partikel penyerap, pembersih
Microcrystalline cellulose, berfungsi sebagai adsorbent (20-90%), suspending
agent (5-20%), tablet and capsule diluent (20-90%), dan tablet disintegrant
(5-15%). Avicell igunakan bahan penyerap karena avicell memiliki sifat alir
yang baik bila dibandingkan dengan Cabosil, dan avicell tidak menimbulkan
toksisitas.
Dalam
praktikum ini jumlah kapsul yang dibuat adalah 30 kapsul dimana 20 kapsul
digunakan untuk keseragaman bobot dan 3 kapsul untuk uji penetapan kadar,
sisanya 7 kapsul untuk dikemas menjadi produk jadi.
Evaluasi sediaan
Keseragaman bobot
Formulasi
dan evaluasi menjadi bagian yang penting dalam sediaan fitofarmasi karena
melalui kedua tahap ini suatu sediaan fitofarmasi dapat digunakan secara
langsung untuk keperluan terapi serta untuk menjamin bahwa sediaan yang dibuat
telah memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan. Kegiatan evaluasi
menentukan mutu dan kualitas dari sediaan fitofarmasi yang dibuat (diformulasi).
Untuk
sediaan kapsul, evaluasi yang biasa dilakukan adalah uji keseragaman bobot, kelarutan, dan uji keseragaman kandungan. Namun
dalam praktikum ini hanya dilakukan uji keseragaman bobot dan penetapan kadar.
Untuk uji keseragaman bobot, ditentukan dengan menimbang sebanyak 20 kapsul
(sekaligus). Ditimbang lagi satu per satu. Dikeluarkan isi kapsul dan ditimbang
seluruh bagian cangkang kapsul. Kemudian bobot rata-rata isi kapsul ditimbang.
Perbedaan dalam persen (%) bobot isi kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi
kapsul tidak boleh lebih dari yang ditetapkan kolom A, dan untuk setiap 2
kapsul tidak lebih dari yang ditetapkan kolom B.
Setelah
dilakukan pengujian keseragaman bobot diperoleh data penyimpangan sebagai
berikut :
-
6 kapsul masuk rentang
-
11 kapsul tidak masuk
rentang (+7,5%)
-
3 kapsul tidak masuk
rentang (+15%)
Dari hasil tersebut dapat dikatakan
bahwa kapsul untuk uji keseragaman bobot tidak sesuai dengan persyaratan FI
III. Hal ini kemungkinan terjadi karena proses pengisian isi ke dalam cangkang yang
kurang tepat. Pengisian dilakukan dengan cara visual, yaitu membagi seluruh isi
(campuran ekstrak dan avicel) menjadi 6 bagian yang sama (pembagian dilakukan
dengan penimbangan). Kemudian tiap bagian dibagi lagi menjadi 5 bagian ke
kertas perkamen. Pembagian ini tidak dilakukan dengan penimbangan melainkan
dengan menuang isi ke 5 kertas perkamen dengan perkiraan tiap bagian telah
memiliki jumlah yang sama. Kemungkinan, pembagian tersebut tidak merata
sehingga jumlah isi dalam tiap kapsul memiliki penyimpangan yang besar.
Penetapan
Kadar Kuersetin
Prosedur penetapan kadar kuersetin dalam kapsul sama dengan penetapan
kuersetin dalam ekstrak. Hasil scanning densitometer
menunjukkan bahwa replikasi 1 tidak masuk rentang kurva baku sehingga
menghasilkan nilai kadar yang negatif, sedangkan replikasi 3 tidak terdeteksi.
Replikasi 3 menunjukkan kadar kuersetin dalam kapsul adalah sebesar 3,4 mg.
Padahal kadar kuersetin yang diharapkan dalam 1 kapsul adalah sebesar 5 mg.
Penyimpangan kadar yang sangat besar ini kemungkinan karena:
·
Pengisian kapsul yang kurang tepat
·
Kurang homogennya campuran ekstrak dan avicel
Berdasarkan hasil percobaan diatas
dapat disimpulkan bahwa kapsul kuersetin yang diformulasi tidak memenuhi
persyaratan keseragaman kandungan.
BAB
V. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diperoleh
dari hasil praktikum ini antara lain :
1.
Avicel merupakan bahan tambahan yang berfungsi untuk menyerap bahan cair ataupun pelarut yang ada dalam ekstrak kuersetin
yang diformulasi.
2.
Pada uji keseragaman bobot, hasil yang didapatkan tidak
sesuai dengan persyaratan FI III. Hal
ini dimungkinkan terjadi karena:
-
Kapsul kuersetin yang diformulasi tidak memenuhi persyaratan
keseragaman kandungan. Pengisian kapsul yang kurang tepat
-
Kurang homogennya campuran ekstrak dan avicel
PUSTAKA
Agoes,
Goeswin. 2008. Pengembangan Sediaan Farmasi. Bandung: Penerbit ITB.
Ansel,
H.C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat.
Jakarta: UI Press.
Chang, R.K., Raghavan, K.S., dan Hussain, M.A.
1998. A study on gelatin capsule brittleness: moisture tranfer between the
capsule shell and its content. J Pharm Sci. May;87(5): 556-8.
Crowley, P. And Martini, G.L. (2001). Drug-Excipient
Interactions. New York: Marcel Dekker Inc.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia
Edisi Keempat. Departemen Kesehatan
RI. Jakarta.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia
Edisi Ketiga. Departemen Kesehatan
RI. Jakarta.
Gennaro, R.A.. 2000. Remington: The
Science and Practice of Pharmacy 20th
Edition. New York: Lippincott Williams & Wilkins.
Rowe, Raymond C., Paul J. sheskey,
Marian E. Quinn. 2009. Handbook of
Pharmaceutical Excipient Sixth Edition. USA: Pharmaceutical Press.
Shiraishi, S., Imai, T., Iwaoka, D.,
Otagiri. 1991. Improvement of Absorption Rate of Indometacin and Reduction of
Stomach Irrittion by Alginate Dispersion. J.Pharm Pharmacol. 43 P:
615-620.
tanks udah bantu nylesain laporan ku :D
BalasHapusTerimakasih. Sangat membantu
BalasHapusking casino, casino & entertainment for South - CommunityKa
BalasHapusWelcome to king casino, casino & entertainment for South Africa. Discover exciting offers, planet win 365 bonuses and promotions bet365 from the South African gaming 더킹카지노 industry.